Selasa, 15 Oktober 2013

pertumbuhan triwulan 3 5,57 persen

Jakarta (Antara) - Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2013 hanya mencapai angka 5,57 persen (yoy) atau lebih rendah dari pencapaian pada triwulan II sebesar 5,81 persen. 
"Tanda perlambatan pada pertumbuhan ekonomi telah terlihat sejak triwulan pertama, karena permintaan domestik masih melambat," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin. 
Dian menjelaskan permintaan domestik yang melemah tersebut diakibatkan oleh daya beli masyarakat yang menurun akibat kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. 
"Hal tersebut terlihat dari penurunan penjualan mobil, meskipun penjualan sepeda motor memperlihatkan kenaikan. Suplai uang yang beredar juga berkurang, karena penurunan daya beli. Namun, konsumsi pemerintah masih relatif tinggi," katanya. 
Dian menambahkan pertumbuhan ekonomi triwulan III juga dipengaruhi laju investasi secara keseluruhan yang moderat dan relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yang terlihat dari penurunan impor barang modal. 
"Data BKPM memperlihatkan realisasi investasi fisik telah melambat. Penjualan semen juga dalam tren menurun sejak 2011 yang berarti merupakan tanda pertumbuhan konstruksi melambat," paparnya. 
Selain itu, faktor ekspor pada triwulan III masih belum menunjukkan tanda-tanda yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, namun impor yang ikut menurun memberikan sedikit dampak positif bagi neraca perdagangan. 
"Beberapa mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat dan Jepang masih berjuang untuk pulih, sehingga permintaan global masih lemah dan belum ada kabar baik yang signifikan dari harga komoditas global," ucapnya. 
Menurut Dian, sektor jasa masih menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, meskipun hanya tumbuh moderat, yang terlihat dari positifnya kinerja sektor komunikasi terutama layanan jasa sambungan internet. 
Namun, kegiatan ekonomi pada sektor transportasi dan sektor keuangan masih melambat sebagai dampak dari kenaikan suku bunga acuan, untuk menahan tingginya laju inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. 
"Perlambatan juga terjadi pada sektor manufaktur yang terlihat dari penurunan penjualan mobil, mesin-mesin serta peralatan lainnya," katanya. (ar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar