Sabtu, 26 Oktober 2013

pacu investasi

Dewasa ini terdapat dua hal strategis yang tengah kita laksanakan dalam perekonomian nasional, yaitu peningkatan investasi dan industrialisasi.

Kedua hal ini sangat penting tidak hanya untuk meningkatkan daya saing nasional di tengah kompetisi kawasan dan global, melainkan juga untuk membantu pencapaian agenda pembangunan nasional: pengentasan masyarakat dari kemiskinan, penciptaan lapangan usaha dan kerja baru, pemerataan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan.

Kedua strategi pembangunan nasional tersebut juga ditujukan untuk membuat perekonomian Indonesia tidak terjebak dengan apa yang kita sebut sebagai middle-income trapdalam jangka menengah dan panjang.

Meski masih terdapat ruang dan peluang untuk lebih kompetitif, sejumlah data pertumbuhan investasi dan industrialisasi di Indonesia telah menunjukkan tren positif. Beberapa waktu yang lalu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis data, terdapat pertumbuhan realisasi investasi selama kuartal III/ 2013 yang menembus Rp100 triliun atau naik 22,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara secara akumulatif Januari–September 2013, realisasi investasi telah mencapai di atas Rp293 triliun atau meningkat 27,6 persen. Target realisasi investasi tahun 2013 sebesar Rp390 triliun sepertinya akan terpenuhi dengan tingginya minat investasi baru maupun ekspansi baik dalam bentuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) di Indonesia.

Bila kita melihat komposisi investor dalam maupun luar negeri, investor dalam negeri memiliki pertumbuhan yang jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukkan pengusaha lokal telah memiliki kapasitas jauh lebih besar dibandingkan periode sebelumnya untuk berinvestasi.

Pertumbuhan PMDN selama kuartal III/2013 sebesar 32,9 persen jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan PMA yang sebesar 18,4 persen. Sementara itu terdapat beberapa sektor yang memiliki pertumbuhan investasi tertinggi seperti industri pertambangan, listrik, gas, industri makanan, konstruksi, industri kimia dan logam dasar, mesin dan elektronik, serta angkutan dan transportasi.

Tingginya minat investasi di Indonesia merupakan gabungan dari beberapa faktor seperti ketersediaan bahan baku alam, besarnya pasar domestik, keseriusan pembenahan dan perbaikan doing business, kejelasan proyek pembangunan yang ditawarkan dalam MP3EI, serta potensi ke depan perekonomian nasional.

Investasi juga menjadi motor pertumbuhan penting bagi Indonesia selain konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Selain itu, realisasi investasi selama kuartal III/2013 juga mampu menyerap lapangan kerja sebesar 411.543 secara langsung. Selain itu, hadirnya investasi di banyak daerah di Indonesia juga memberikan peluang kerja sama usaha dan kemitraan strategis dengan perusahaan yang telah ada. Hal ini sangat positif, khususnya untuk menggairahkan perekonomian di daerah.

Terdapat tren yang sangat baik dalam pola investasi di Indonesia beberapa waktu terakhir. Porsi investasi di sektor manufaktur dan industri pengolahan meningkat signifikan dibandingkan beberapa waktu berselang. Investasi mulai bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder. Tren ini juga sejalan dengan misi nasional untuk memperkuat industrialisasi di Indonesia. Melalui industrialisasi dan hilirisasi, pengolahan sumber daya alam dapat lebih bernilai tambah dan memberikan andil lebih besar pada pendapatan negara dan kesejahteraan masyarakat.

Melalui kebijakan industrialisasi dan hilirisasi, investasi di Indonesia akan lebih berkelanjutan dan mendorong ekonomi nasional lebih berdaya saing lagi. BPS beberapa waktu lalu memublikasikan data yang cukup menggembirakan. Selama kuartal III/2013, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Indonesia mencapai 6,83 persen. Pertumbuhan ini lebih tinggi daripada pertumbuhan kuartal II/2013 yang tercatat sebesar 6,77 persen.

Sementara pada kuartal I/2013 terdapat pertumbuhan sebesar 8,99 persen dan dalam kuartal IV/ 2012 mampu tumbuh di atas 11,10 persen. Pertumbuhan produksi industri manufaktur memang menurun seiring dengan perlambatan ekonomi, tetapi pertumbuhannya tetap di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini juga menunjukkan Indonesia telah masuk ke fase industrialisasi dan sedang memperkuat struktur industri nasional.

Terdapat beberapa sektor yang memiliki pertumbuhan produksi yang cukup tinggi selama kuartal III/2013 seperti industri percetakan dan rekaman (11,82 persen), pakaian jadi (9,32 persen), kendaraan bermotor (8,69 persen), furnitur (8,28 persen), peralatan listrik (8,12 persen), komputer dan barang elektronik (8,06 persen).

Meskipun Pulau Jawa masih mengambil porsi sangat besar, data BPS juga menunjukkan kenaikan produksi industri manufaktur tertinggi berdasarkan provinsi hampir seluruhnya ada di luar Pulau Jawa seperti Kepulauan Riau (16,18 persen), Gorontalo (11,36 persen), Sulawesi Barat (11,01 persen), Maluku (9,77 persen), Bengkulu (9,58 persen).

Hal ini menunjukkan luar Jawa juga memiliki daya tarik dan peluang investasi yang sangat besar dan tidak terbatas hanya di sektor primer dan pertambangan. Selain itu, industri manufaktur mikro dan kecil selama kuartal III/2012 juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 4,86 persen.

Pertumbuhan ini disumbang sejumlah sektor seperti komputer dan barang elektronik (19,20 persen), jasa reparasi dan pemasangan mesin (16,30 persen), makanan (15,03 persen), serta logam dasar (13,56 persen). Secara regional, terdapat beberapa provinsi yang memiliki pertumbuhan tertinggi seperti Maluku Utara (25,55 persen), kemudian Bali (25,08 persen), Kalimantan Selatan (22,35 persen), Gorontalo (15,48 persen), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (12,53 persen). Semakin tumbuhnya produksi industri kecil dan mikro juga menunjukkan industrialisasi berjalan secara paralel baik besar-menengah maupun kecil-mikro.

Ke depan, kita perlu terus memperkuat iklim berinvestasi dan berusaha di Indonesia. Upaya untuk terus mendorong investasi dan industrialisasi dilakukan melalui serangkaian kebijakan dari penyederhanaan prosedur dan perizinan investasi, percepatan pembangunan infrastruktur, pemberian stimulus untuk berinvestasi sampai dengan kegiatan investorsummit. Beberapa waktu lalu, pemerintah juga mengeluarkan 17 paket kebijakan melengkapi 4 paket kebijakan yang telah dikeluarkan sebelumnya. Upaya ini perlu diikuti segenap pemerintah daerah untuk memudahkan dan menyederhanakan perizinan dan prosedur berinvestasi dengan tetap memperhatikan peraturan dan ketentuan yang ada.

Kolektivitas dari sisi regulator dan pengambil kebijakan akan membuat investasi dan industrialisasi semakin deras mengalir dan ekonomi nasional akan semakin lebih kuat karena ditopang dengan struktur industri dan produksi yang lebih terintegrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar